Tangan-Tangan | Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Adapun karakteristik profesional minimum guru, berdasarkan sintesis temuan-temuan penelitian yaitu:
- mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
- menguasai secara mendalam bahan belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya.
- bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi.
- mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, dan
- menjadi partisipan aktif masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Adapun karakteristik guru disiplin sebagai berikut:
- Datang pagi awal masuk sekolah tepat waktu.
- Disiplin masuk mengajar.
- Mengakhiri pembelajaran tepat waktu.
- Adapun karakteristik guru favorit sebagai berikut :
- Guru yang sabar. Salah satu karakter guru yang disukai siswa adalah seorang guru yang sabar.
- Guru Yang humoris. Guru idaman yang kedua adalah seorang guru yang humoris.
- Guru yang tidak menghakimi.
- Guru yang mengajar dengan kreatif.
- Guru yang dekat dengan semua siswa.
- Guru yang memberikan bimbingan pembelajaran sesuai dengan dunia peserta didik. (Dirjen Dikdasmen, 1996: 27-29).
- Mampu Menjelaskan Materi dengan tidak membosankan.
- Mengenali Siswa dengan baik.
- Tidak Membandingkan Siswa.
- Mampu Memposisikan Diri dalam Berbagai Situasi.
- Bisa Menjadi Tempat Bercerita.
- Selalu berusaha menjadi pendidik di luar dan dalam sekolah.
- Kompeten dalam bidangnya.
- Memiliki tujuan pengajaran.
- Mampu mengontrol ruangan belajar.
- Mampu memotivasi.
- Mampu berkomunikasi dengan baik.
- Kemampuan mendengar yang sangat baik.
- Memiliki pengetahuan mendalam.
- Mampu terhubung dengan siswa. (Dirjen Dikdasmen, 1996: 27-29).